Bagaimana Beralih ke Cara Kerja Agile akan Mengurangi Hambatan pada WFH

Selama PSBB di kota-kota di Indonesia, bekerja dari rumah telah menjadi norma baru, dan terlepas dari kapan kantor kembali bekerja, dampak dari jangka waktu yang lama jauh dari kantor pasti akan mengubah cara bisnis beroperasi selamanya. 

Bagi banyak orang COVID-19 telah menunjukan sisi positif bekerja dari rumah tetapi bagi banyak orang lainnya hal itu telah memperlihatkan kelemahan bekerja dari rumah – seringnya gangguan, masalah komunikasi dan teknologi, dan ketidakmampuan untuk memantau kinerja karyawan -adalah hanya beberapa contoh yang sering disebutkan. Beberapa bisnis merasa diberdayakan oleh situasi saat ini dan ingin menerapkan hal ini secara jangka panjang dalam bisnis mereka tetapi mungkin yang lain merasa enggan untuk membiarkan karyawan mereka bekerja jauh dari kantor lagi – bahkan mungkin beberapa pengusaha telah menutup diri dari gagasan bekerja fleksibel, dan bahkan bekerja dengan agile sama sekali. 

Sayangnya, dari sisi mana pun yang Anda dan organisasi Anda hadapi saat ini masalah kerja agile / fleksibel adalah salah satu yang perlu dipertimbangkan secara lebih rinci karena dipaksa untuk bekerja dari rumah, dan memiliki kebebasan untuk bekerja dari rumah adalah dua hal yang sangat berbeda. Apa yang saat ini bisnis sedang hadapi adalah bukan agile working, tetapi hanya sebagai respons terhadap pandemi global. Bahkan, mengadopsi cara kerja agile sebenarnya dapat membantu bisnis menghindari hambatan WFH sama sekali, dan memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan kehidupan kerja di dalam PSBB. 

cara kerja agile

Mengaktifkan komunikasi dan kolaborasi yang lebih baik

Banyak pengusaha takut bahwa ketika karyawan tidak berada di kantor, mereka tidak akan dapat berkomunikasi sebaik yang seharusnya. Ini bisa menjadi perhatian yang valid bagi sebagian orang, karena bekerja dari rumah selama PSBB mengakibatkan beberapa bisnis berjuang untuk beradaptasi menggunakan teknologi sebagai bentuk komunikasi utama. Selain itu, mudah bagi karyawan untuk mengisolasi diri atau tidak berkomunikasi sebanyak yang Anda inginkan, yang dapat menyebabkan masalah baik untuk tim Anda dan Anda, sebagai pemberi kerja. 

Komunikasi yang ‘gak nyambung’

Menurut penelitian, penyebab buruknya komunikasi meliputi:

  • Gaya komunikasi yang berbeda (42%) 
  • Tanggung jawab yang tidak jelas (34%) 
  • Tekanan waktu (31%) 

Semuanya kemungkinan telah dipercepat oleh penguncian COVID-19. 

Berdasarkan penelitian tersebut, teknologi yang digunakan menyebabkan banyak masalah komunikasi, menunjukkan bahwa manajer perlu menyesuaikan gaya komunikasi mereka dengan karyawan mereka agar mereka efektif, dengan mempertimbangkan perbedaan generasi dan teknologi. 

Strategi kolaborasi 

Pengusaha yang ingin lebih agile perlu menerapkan teknologi kolaboratif yang lebih baik untuk memfasilitasi komunikasi yang lebih baik di antara tim – di mana semua karyawan dapat dihubungi di mana pun mereka berada. Mengadopsi pola pikir ini memastikan anggota tim dapat beroperasi dengan pemahaman yang jelas tentang apa yang perlu mereka capai dan harapan kapan tujuan harus dipenuhi. Alur komunikasi harus dibuat jelas, dan karyawan yang bekerja dari jarak jauh harus tahu bagaimana dan di mana mengakses dukungan semudah yang mereka bisa lakukan di kantor. Beralih ke pola pikir agile ini memastikan bahwa Anda tidak akan pernah memiliki masalah komunikasi yang menonjol seperti yang ada pada saat PSBB.

Teknologi – yang baik, yang buruk, yang diperlukan

Ketika PSBB dimulai, itu memaksa banyak perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi yang akan memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah secara efektif, seperti laptop, tablet dan bentuk teknologi lainnya. Tiba-tiba, organisasi yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan dengan gagasan bekerja dari rumah melakukannya, dan ini membuka banyak pemikiran untuk kemungkinan hal tersebut menjadi praktik permanen di banyak bisnis. Namun, secara alami, ada beberapa hambatan.

Kegagalan dan frustrasi

Dari menggunakan laptop untuk mobilitas, hingga memastikan bahwa karyawan memiliki akses wifi dan kecepatan broadband yang cepat – teknologi adalah pendorong utama dalam memungkinkan staf untuk bekerja dari jarak jauh. Namun, seperti yang banyak ditemukan selama PSBB, masalah dengan Wi-Fi dan koneksi ke server internal dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan banyak yang frustrasi – yang mungkin membuat banyak orang enggan bekerja dari rumah di masa depan. 

Hal ini membuat investasi di bidang teknologi menjadi kebutuhan yang pasti bagi bisnis ke depan.

Kemungkinan tak terbatas

Kita sekarang dapat menjangkau orang 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan kemajuan teknologi berarti bahwa kita dapat bekerja dari hampir di mana saja. Kebiasaan kerja telah berubah untuk mencerminkan hal ini, dan karyawan tidak perlu lagi berada secara fisik di kantor antara jam 8 hingga 5 setiap hari. Teknologi seperti konferensi video, sistem manajemen waktu, dan alat berbasis cloud memungkinkan jutaan orang untuk bekerja dari rumah, di kafe atau bahkan di belahan dunia lain tanpa kesulitan. 

Kebebasan bergerak inilah yang menjadikan teknologi sebagai jantungnya dari kerja agile – pekerjaan adalah kegiatan, bukan tempat. 

Masa depan teknologi di lingkungan kantor

Terdapat perubahan sikap terhadap investasi dalam teknologi untuk memfasilitasi mobilitas. Sebelum COVID-19, banyak bisnis enggan mengadopsi teknologi baru karena takut akan perubahan dan masalah anggaran; Namun, dampak PSBB telah membuat banyak bisnis menyadari bahwa tenaga kerja mereka dapat reaktif, mudah beradaptasi dan perubahan itu perlu dianut.

Sebuah laporan penelitian menemukan bahwa 79% bisnis akan lebih memanfaatkan teknologi pasca COVID-19, dan 29% akan mempertimbangkan untuk beralih ke cara kerja yang lebih agile. Ketika diadopsi secara efektif, kerja agile tidak hanya dapat menghapus hambatan WFH yang dikhawatirkan pengusaha, tetapi membantu Anda memodernisasi bisnis Anda

Ruang kerja yang lincah bukan hanya kemewahan bagi organisasi tetapi sangat penting untuk keberhasilan dan kemampuan mereka untuk bersaing.

James Bunce

Di dunia pasca-pandemi, bisnis akan membutuhkan bantuan teknologi untuk membuktikan diri di masa depan, dan perlu berinvestasi dalam memfasilitasi staf mereka untuk bekerja di mana mereka merasa dapat lakukan hal secara terbaik, atau berisiko kalah dari pesaing mereka yang lebih siap.

Mengubah cara memantau kinerja

Perhatian utama banyak pengusaha tentang karyawan mereka yang bekerja dari rumah adalah bahwa mereka tidak produktif, atau mereka tidak melakukan pekerjaan sebanyak yang mereka akan lakukan ketika berada di kantor. Meskipun ini bisa saja menjadi kasus bagi beberapa pekerja, tapi itu tidak berlaku untuk semua. 

Bahkan, laporan dari sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 80% pemimpin bisnis yang disurvei merasa karyawan mereka telah produktif atau lebih produktif sementara bekerja jarak jauh selama COVID-19.

Secara konvensional, karyawan telah diukur dengan waktu yang dihabiskan di kantor, melakukan sejumlah pekerjaan yang ditugaskan – tanpa kelonggaran untuk bekerja jarak jauh. 

Apa alasan untuk hal ini?

Seringkali, sikap manajemen yang tidak berubah untuk mendukung kebutuhan tenaga kerja modern. 

Bahkan, laporan sebuah penelitian menemukan bahwa 62% responden menyoroti sikap manajemen sebagai faktor kunci dalam bekerja jarak jauh yang sebelumnya tidak diadopsi dalam bisnis mereka. 

Jadi kenapa sikap manajemen tidak berubah?

Sementara banyak karyawan mungkin merasa bahwa hal itu akibat dari ketidakpercayaan pimpinan mereka, hal ini tidak selalu terjadi. Seringkali, itu adalah cara pengusaha benar-benar mengukur output karyawan mereka. Mereka tidak memiliki cara untuk mengetahui pekerjaan apa yang sedang diselesaikan, atau bagaimana karyawan mereka melakukannya, karena metode yang agak ketinggalan jaman untuk mengukur keberhasilan pekerjaan.

Manajemen hingga mendetil? Tidak lagi…

Ketika bekerja di lingkungan yang agile, karyawan diukur pada hasil kerja – di mana penekanan ditempatkan pada penyelesaian tugas, daripada bagaimana atau di mana itu dilakukan. Beralih ke cara kerja yang lebih agile ini dan memberi karyawan lebih banyak tanggung jawab atas pekerjaan mereka memberi mereka kebebasan dan fleksibilitas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cara mereka, tanpa manajemen yang mendetil. Meskipun sulit bagi manajemen untuk mengadopsi pola pikir ini, seringkali, produktivitas yang dihasilkan dan meningkatnya kepuasan akhirnya membuktikan hal tersebut.

cara kerja agile

Menumbuhkan etos kerja yang lebih baik

Seperti yang disebutkan sebelumnya, manajer sering percaya bahwa memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah akan menyebabkan mereka mungkin “mengendur”, padahal kenyataannya, yang berlaku adalah sebaliknya. Ada kekhawatiran bahwa karena kemajuan teknologi (di antara faktor-faktor lain), dengan memungkinkan karyawan untuk bekerja dari rumah, hal itu sebenarnya dapat menyebabkan mereka bekerja lebih banyak – menghancurkan keseimbangan antara kehidupan dengan pekerjaan mereka. 

Kebiasaan buruk bekerja dari rumah

Mereka yang bekerja dari rumah secara teratur mungkin merasa bahwa mereka masih perlu “dilihat” oleh manajemen, yang dapat mengakibatkan mereka mulai bekerja lebih awal atau terus bekerja nanti hanya untuk membuktikan bahwa mereka bekerja keras. Ini dapat dengan mudah menumbuhkan kebiasaan kerja yang buruk, dan jika tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan masalah yang jauh lebih serius.

Ini adalah salah satu alasan utama mengapa beralih ke cara kerja yang agile bukan hanya perubahan proses, tetapi pergeseran yang utuh dalam budaya dan pola pikir perusahaan. Jika karyawan merasa perlu bekerja lebih lama untuk dianggap berharga seperti rekan-rekan mereka, ini bukan agile

Pergeseran budaya

Mengadopsi pendekatan agile untuk bekerja melibatkan pemberdayaan tenaga kerja Anda dengan menyerahkan kepada mereka atas cara kerja yang dipilih, sambil menumbuhkan budaya tempat kerja yang mendukung di mana karyawan tahu apa yang diharapkan dari mereka dan merasa nyaman dengan pekerjaan mereka. Agile working harus memfasilitasi kebiasaan kerja yang lebih baik, tidak mendorong karyawan Anda untuk bekerja lebih dari yang mereka butuhkan.

Menanggapi perubahan

Seperti yang diketahui kebanyakan bisnis, perubahan tidak dapat dihindari. Meskipun demikian, tidak banyak yang siap menghadapi paparan COVID-19, yang telah mengajarkan kita pelajaran berharga. 

Meskipun kita tidak selalu memiliki kontrol atas perubahan, apa yang dapat kita kontrol adalah bagaimana kita menghadapinya

Ini adalah prinsip utama dari metodologi agile, dan akan menjadi penting dalam bagaimana bisnis bergerak maju setelah COVID-19. Bisa dibilang, salah satu tantangan terbesar seputar bekerja dari rumah selama PSBB adalah kurangnya kesiapsiagaan untuk melakukannya, dan itu membuat banyak bisnis kesulitan. Tidak diragukan lagi, beralih ke cara kerja yang agile dapat membantu memastikan hal ini tidak terjadi lagi. 

Apa selanjutnya?

Sementara masa depan agaknya tidak ada kepastian bagi bisnis, yang tidak dapat dihindari adalah pergeseran budaya dan perubahan sikap terhadap cara kerja konvensional sebelumnya. Agile bisa jadi perubahan ini.

Dengan karyawan diberdayakan untuk bekerja di mana mereka merasa terbaik, mereka menjadi sepenuhnya mudah beradaptasi dan reaktif untuk berubah. Hambatan bekerja dari rumah teratasi, dan dengan teknologi yang tepat, karyawan dapat bekerja lebih baik dari sebelumnya.

Namun, beralih ke cara kerja yang agile membutuhkan lebih dari sekadar perubahan proses – tetapi juga budaya. Untuk mempersiapkan bisnis Anda untuk masa depan dan memodernisasi tenaga kerja Anda, Anda harus mengubah cara semua orang di organisasi Anda melihat keduanya; kantor Anda dan pekerjaan itu sendiri.